Untuk dua kampung, Inul membagikan beras dan uang Rp 50 ribu setiap orang. Bahkan tukang becak yang sedang mangkal, juga mendapat jatah makan. "Disediakan 450 bungkus nasi untuk makan pagi dan malam," ungkapnya. Lebih dari 500 sarung dan uang Rp 50 ribuan juga diberikan kepada tukang becak.
Katering Matari mendapatkan pesanan satu minggu sebelumnya. Masakan yang dipesan merupakan menu tradisional seperti lontong, soto, bakso, tahu campur, cap gomeh, kikil, dan sate ayam. "Persiapan meja sudah sejak malam pukul 20.oo-24.oo, sedangkan masaknya semua dilakukan tadi pagi," terang Matari. Pada hari Lebaran itu Inul membagi foto, uang dan makanan. "Saya menyediakan 2.000 porsi untuk yang datang," ucap Inul.
Mengikuti salat Ied di lapangan menjadi cita-cita Inul. Warga Kejapanan juga ingin tahu bagaimana Inul setelah jadi bintang. Pukul 05.00, Inul dan suaminya, Adam Suseno, serta keluarganya berangkat dari rumah.
Jarak antara rumah Inul dan lapangan Kejapanan sekitar 300 meter bisa ditempuh selama 15 menit. Mereka berjalan kaki, tak menaiki Mercy milik Inul. Dengan setelan busana serba putih, Inul duduk di deret nomor empat dari depan. Sesekali ia menyandarkan kepala di bahu ibunya, Siti Rupiyah (48), yang berada di sampingnya. Sementara adik-adiknya pun berada di sekitarnya.
-->
Tidak ada komentar:
Posting Komentar